Rempah Unik Di Bali, Pernah Mencoba?
Bukan hanya masakannya saja yang membuat Bali begitu istimewa namun juga rangkaian rempah-rempah aromatik yang digunakan sebagai dasar untuk sebagian besar makanan tradisional ini. Rempah-rempah ini menambah profil rasa yang unik dan khas pada setiap hidangan, mengangkatnya ke tingkat kelezatan yang benar-benar baru. Jadi, jika sahabat Duma sedang merencanakan perjalanan ke Bali, pastikan untuk tidak hanya memanjakan diri dengan kulinernya, tetapi juga luangkan waktu untuk mengenalkan diri dengan rangkaian rempah-rempah yang membuat hidangan ini begitu luar biasa. Yuk cari tahu rempah unik di Bali!
Rempah Unik di Bali
Memahami bahan dan rasa di balik makanan tidak hanya akan meningkatkan apresiasi kita terhadap budaya kuliner Bali yang kaya dan semarak. Ada begitu banyak yang bisa dikatakan tentang Bali sehingga rasanya percakapan itu bisa berlangsung selamanya. Pulau yang menakjubkan ini tidak hanya memiliki keajaiban alam yang menakjubkan yang menarik wisatawan dari seluruh dunia, tetapi juga menawarkan rempah unik yang menjadi ciri khas Bali. Berikut ini adalah rempah unik di Bali.
Jangu atau Jeringau atau Dlingo
Jeringau, secara ilmiah dikenal sebagai Acorus calamus, memiliki daya pikat yang mempesona sebagai ramuan obat, dengan penampilannya yang ramping seperti rumput yang tinggi. Berkembang di tanah yang lembap, daun dan rimpang tanaman ini memancarkan keharuman menawan yang kuat dan tak tertandingi dalam keunikannya.
Harta karun kuliner terletak pada rimpang atau akar tanaman yang sangat indah ini, yang dikenal dengan keharumannya yang menawan dan kemampuannya untuk mengangkat cita rasa masakan Bali. Berukuran panjang 1-3 cm. Saat baru dipanen, rimpang jangu memiliki rona putih bersih, namun, saat mengering, warnanya berubah menjadi warna merah muda. Rasa yang mereka berikan adalah perpaduan harmonis antara pedas dan pahit yang halus.
Kemenyan
Kemenyan adalah zat harum yang digunakan dalam dupa dan parfum. Biasanya digunakan untuk ritual keagamaan, namun jenis dupa yang digunakan untuk memasak berbeda. Kemenyan berasal dari getah pohon bernama Stryraz dan juga dikenal sebagai kemenyan. Pohon itu berukuran sedang hingga besar dan memiliki bagian luar yang kasar berwarna abu-abu kehitaman. Jika membeli kemenyan untuk memasak, penting untuk memberi tahu penjual tentang tujuan penggunaannya untuk memasak.
Cabai Puyang atau Tabia Bun atau Cabai Jawa
Cabai Jawa adalah sejenis rempah-rempah yang mirip dengan lada dan kemukus, termasuk dalam keluarga Piperaceae. Ini biasanya dikeringkan dan digunakan untuk keperluan bumbu dan pengobatan. Cabai jawa sering disalah artikan sebagai cabe rawit kering. Mereka memiliki rasa yang unik yaitu pedas, pahit, sedikit manis, dan memiliki aroma yang kuat. Rasa pedasnya disebabkan oleh adanya senyawa piperine, yang membentuk sekitar 4,6 persen dari cabai.
Mesui
Mesoyi atau masoi adalah sejenis pohon khusus yang mirip kayu manis. Orang di Papua menyebutnya aikor atau aikori. Habitus adalah pohon yang sangat tinggi yang dapat tumbuh hingga setinggi 25 meter. Ia memiliki batang besar yang tebal dengan lebar sekitar 30 sentimeter. Pohon itu memiliki kulit kayu yang tebal dengan ketebalan sekitar 0,5 sentimeter dan baunya sangat harum. Bau harum berasal dari jenis minyak khusus yang disebut Massoia lactone.
Mesui adalah bumbu yang mirip kayu manis. Orang-orang di Jawa menggunakannya untuk membuat banyak bau harum yang berbeda. Ini memiliki bau khusus yang seperti jamu.
Bangle
Banggele, juga dikenal sebagai Bangle dalam bahasa Bali, adalah bumbu yang biasa digunakan dalam masakan Bali. Bunganya menyerupai bonggol jagung, dengan warna hijau kemerahan dan daun hijau panjang runcing. Bangle berkerabat dekat dengan lengkuas dan jahe.
Bangle biasa ditambahkan pada sate lilit untuk menambah cita rasa dengan aroma yang unik dan rasa yang sedikit pahit dan pedas. Tak hanya digunakan untuk menambah cita rasa masakan Bali, tapi juga dipercaya memiliki khasiat penambah nafsu makan.